SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS
MODUL DIKLAT PEJABAT
TUJUAN PENGAJARAN
O Peserta DIKLAT memahami konsep
Gereja-gereja tentang Perjamuan Kudus
O Peserta DIKLAT memahami Dasar
Alkitab dan makna teologis dari Perjamuan Kudus
O Peserta DIKLAT mampu menerapkan makna
Perjamuan Kudus dengan benar dalam
pelaksanaannya.
A. PENDAHULUAN
O PENGAKUAN IMAN GBI tentang Perjamuan Kudus menyatakan: “
Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan
Tuhan dan satu dengan yang lain”.
O Pelaksanaan
perjamuan kudus terkait langsung dengan ibadah jemaat GBI kepada Tuhan Yesus.
Walau sudah melakukan perjamuan kudus dalam ibadahnya, besar kemungkinan baik
jemaat ataupun pejabat masih kurang memahami makna perjamuan kudus. Untuk itu
perlu pengajaran yang benar tentang konsep perjamuan kudus baik dari sisi dasar
Alkitab , dogmatika dan teologis.
B. KONSEP SAKRAMEN PERJAMAN KUDUS DALAM
SEJARAH DOGMATIKA
O Sakramen
(Latin, Sakramentum; Yun, mysterion = misteri atau rahasia) diartikan juga sebagai hal yang
tersembunyi atau yang dirahasiakan dan dikuduskan. Digunakan pertama kali oleh
Tertulianus.
Gereja-gereja
Reformasi (abad 16) mendefinisikan Sakramen: “tanda dan meterai yang kelihatan dan suci yang
ditentukan oleh Tuhan untuk menjelaskan
segala sesuatu yang dijanjikanNya.”
Van Nifrik: Sakramen, datang dari
pihak Allah, bukan dari orang-orang beriman.
O Berdasarkan
itu, maka gereja-gereja reformasi menetapkan hanya ada 2 Sakramen,
yaitu: Baptisan Air dan Perjamuan Kudus.
O Alasannya:
-
Hanya 2 sakramen ini yang ditentukan oleh
Tuhan sendiri berdasarkan kesaksian Alkitab (Matius 28:18; 1 Kor 11:23 dst).
Melalui
2 sakramen kita bisa melihat realita karya keselamatan Allah.
O
Konsep Perjamuan Kudus dalam perkembangan
sejarah dogma:
1.
Irenius (abad 2): Roti dan anggur dipandang
sebagai tubuh dan darah Kristus. Ini bukan berarti Kristus yang dikrbankan,
tapi karena hasil dari kata-kata INSTITUSI.
2.
Ambrosius: Transmutasi dari elemen-elemen roti
dan anggur yang mengikuti ucapan-ucapan teologi Yunani. Konsep ini yang dikenal
jadi “TRANSUBSTANSIASI” dimana roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus
oleh kata-kata KONSEKRASI.
Agustinus
dan Thomas Aquino meneguhkan konsep ini.
3. Luther
dan gereja Lutheran menolak konsep “TRANSUBSTANSIASI” dan memunculkan konsep
“CONSUBSTANSIASI”= Kristus hadir didalam dan bersama-sama
4. dan
di bawah tanda-tanda roti dan anggur, karena tubuh Kristus yang telah
dimuliakan itu bukan hanya berada di sorga, tapi hadir dimana-mana, sehingga
tubuh itu juga berada di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus, itulah
sebabnya Yesus berkata: “Inilah tubuhKu” dan “Inilah darahKU”.
Calvin juga mempunyai konsep yang sama dengan Luther.
4. Zwingli. Ia tidak mengakui bahwa Kristus yang sungguh-sungguh berada
dalam perjamuan Kudus. Menurutnya sakramen hanya perbuatan yang bersifat
lambang.
Jdi ada 4 macam
konsep tentang sakramen perjamuan kudus, yaitu:
1) Transsubstansiasi=
substansi roti dan anggur berubah secara nyata menjadi tubuh dan darah Kristus
dalam Perjamuan Kudus (Katolik).
2) Consubstansiasi
(Martin Luther dan kelompok Lutheran)
3) Calvin
dan kelompok Reform: Yesus hadir dalam sakramen Perjamuan Kudus tidak secara
fisik/daging tapi secara rohani atau dinamis
4) Ulrich
Zwingly, lambang yang mengingatkan kita pada kematian Kristus.
C. DASAR ALKITAB SAKRAMEN PERJAMAN KUDUS
Sakramen selalu berkaitan dengan “tanda” dan
“meterai” perjanjian Allah yang menjadi jaminan bahwa janji Allah akan digenapi
Dalam Alkitab (PB, Yunani) ada beberapa
istilah yang digunakan untuk Perjamuan Kudus, yaitu:
1.
Deipnon
kurianon = Perjamuan Tuhan (1 Kor 11:20).
2.
Trapeza
Kuriou = Meja Perjamuan Tuhan ( 1 Kor 11:21).
3.
Klasis
Tou Artou = Memecah-mecahkan Roti (Kis 20:7)
4.
Eucharistia
(Ucapan Syukur dan Berkat) Mat 26:26-27; Luk 22:14; 1 Kor 10:21).
Sakramen
perjamuan kudus dilakukan mengacu pada perjamuan yang dilakukan Yesus &
murid-muridNya.
1. Mat 26:26-28. Perjamuan Kudus, erat
hubungan-nya dengan kematian Yesus. Dalam ayat ini roti (arton=roti tidak
beragi) sebagai gambaran dari Tubuh Kristus
yang dipecah-pecahkan bagi banyak orang. Berbeda dengan konsep
Transsubstansiasi.
‘Makan’ dan ‘minumlah’, roti
dan anggur yang kita makan dan minum maka yang kita makan dan minum menyatu
dengan tubuh kita. Ini gambaran yang sempurna dari Sakramen Perjamuan Kudus
dimana kita ‘menyatu’ dengan kematian dan karya keselamatan Yesus Kristus.
2. Markus 14:22-26. Hampir sama dengan Matius. Markus meggunakan
kalimat ‘touto estin soma mou’.
Roti yang diberikan (touto) mengidentifikasikan (estin) tubuhNya. Memakannya
berarti mengambil bagian dalam korban yang agung. Jelas sekali tidak terjadi perubahan
substansi dari roti menjadi tubuh jasmaniah, karena kata kerja ‘inilah’ (estin)
mengandung arti ‘menandakan’ yang menghilangkan gagasan penyamaan.
Memakan roti berarti mengambil bagian dalam korban Kristus dikayu salib
dan gambaran dari gereja yang menyatu
dengan karya keselamatan lewat persekutuan dengan Jemaat Allah/gerejaNya.
3. Lukas 22:19. Hanya Lukas yang menuliskan: ‘do this in
rememberance of me = perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku’. Yesus
memberikan perintah ini agar kita melakukannya sebagai peringatan pada korban
Kristus di kayu salib, seperti paskah bagi Israel yang memperingati kelepasan
dari perbudakan Mesir. Yesus memberi makna baru, bahwa perjamuan yang dilakukan
gerejaNya sebagai peringatan akan karya pembebasan Allah atas dosa.
Roti dan anggur jika kita artikan sebagai lambang tubuh dan darah
Yesus, harus dilihat sebagai satu kesatuan (pribadi Yesus sendiri) yang
dikorbankan demi kepentingan manusia.
4. 1 Kor 11:23-26.
Perkataan: “Aku terima dari Tuhan” (ay 23) bukan
berarti langsung dari Tuhan. Menurut Donald Gutrie Paulus menerima tradisi dari
orang lain yang mendengar langsung dari Yesus (otentik) dilakukan Yesus
sendiri.
Kalimat
“aku teruskan kepadamu”.
Maksudnya adalah untuk mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh jemaat Korintus
dalam melakukan perjamuan kudus (ay 21). Oleh sebab itu tradisi dari Yesus
harus diteruskan kepada jemaat Korintus.
D. MAKNA
TEOLOGIS DARI SAKRAMEN PERJAMAN KUDUS
1.
Konsep Persekutuan dengan Allah dan Sesama.
Gagasan
persekutuan memegang peran penting dalam tulisan Paulus pada jemaat Korintus.
Dalam 1 Kor 10:16 adalah contohnya.
Firman Tuhan menegaskan bahwa setiap orang yang mengambil perjamuan
kudus berarti menyatukan jemaat dengan kematian Kristus. Berarti harus
menjalankan misi keselamatan. Melalui pelaksanaan perjamuan kudus kita
dipersatukan dengan karya Allah dalam dan melalui korban Yesus di kayu salib.
2.
Konsep Peringatan.
Dalam 1 Kor
11:24-2, makan dan minum perjamuan kudus sebagai peringatan akan kematian
Yesus, seperti orang-orang Israel merayakan paskah memperingati kelepasan dari
perbudakan Mesir; maka perjamuan kudus mengingatakan karya Allah melalui Yesus
yang telah membebaskan kita dari dosa.
3.
Konsep Pemberitaan.
Seperti peringatan, maka perjamuan kudus
adalah sarana pemberitaan kematian Kristus yang tidak berhenti sekarang, tapi
sampai Ia datang kembali sampai pemuliaanNya.
4.
Konsep Pengucapan Syukur.
Dalam perjamuan kudus, sikap mengucap syukur
akan karya Allah menjadi bagian yang harus kita lakukan. Melalui perjamuan
kudus yang kita terima, kita mengucap syukur atas perbuatan Allah.
5. Sikap
yang Benar bagi Jemaat dalam Menerima Perjamuan Kudus.
Jemaat di
Korintus memiiki kebiasan dan sikap yang salah dalam mengikuti perjamuan kudus.
Dalam 1 Kor 11 Paulus menegor dengan keras, agar jemaat menghormati karya Allah
yaitu jemaat Allah/tubuh Kristus.
Khusus ayat 29 perjamuan kudus memberikan kesatuan gereja sebagai tubuh
Tuhan. Jika makan dan minum perjamuan
mengakibatkan perpecahan mendatangkan hukuman (ay 29-32). Ay 33-34
adalah kesimpulan untuk tidak mementingkan diri sendiri.
A.
KESIMPULAN
Sikap GBI terhadap konsep-konsep perjamuan
kudus
1.
GBI
menolak: Transsubstansiasi (perubahan substansi roti dan anggur jadi tubuh dan
darah Yesus) karena tidak Alkitabiah.
2.
Konsep
Zwingli yang menyatakan bahwa perjamuan kudus sebagai lambang peringatan, perlu
diperjelas dan diperdalam pengertiannya. GBI meyakini bahwa Yesus mampu hadir
saat itu dalam perjamuan kudus (Omni Present). Konsep persekutuan dengan Allah
dan sesama harus lebih ditonjolkan agar jemaat lebih menghormati nilai
perjamuan kudus.
3. GBI menerima konsep consubstansiasi dan konsep Calvin, dalam arti
Kristus hadir secara rohani dalam roti dan anggur
(hanya dalam konteks perjamuan kudus).
4. Memahami makna sakramen perjamuan kudus akan membawa kita pada
sikap yang benar dalam mengikuti perjamuan kudus.
5. Bagi GBI, makna perjamuan kudus adalah:
5.1. Mengandung konsep:
“persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama”.
5.2. Memperingati karya penebusan Yesus bagi setiap orang percaya dan
merupakan sarana pemberitaan bagi banyak
orang.
5.3. Mengajarkan utk selalu mengucap syukur akan karya keselamatan
Allah.
5.4. Dilakukan dengan sikap
yang benar, menjaga kesatuan tubuh Kristus dan kesucian
5.5. Kesembuhan bisa terjadi
bagi jemaat saat mengikuti perjamuan kudus, bukan oleh roti dan anggur tapi oleh iman pada Yesus yang mati di kayu
salib.
5.6. Salah satu alat anugerah
Allah, karena dengan melaksanakan perjamuan kudus, anugerah dan karya Allah
melalui korban Yesus di kayu salib akan lebih kita hayati dan kenang, sehingga
pengaktualisasian iman kita pada Allah akan lebih berarti.
5.7. Jemaat tidak boleh
menyepelekannya dan tidak boleh juga untuk memagiskannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar