Rabu, 29 Maret 2017

SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS



SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS
MODUL DIKLAT PEJABAT
 


TUJUAN PENGAJARAN
O     Peserta DIKLAT memahami konsep Gereja-gereja tentang Perjamuan Kudus
O     Peserta DIKLAT memahami Dasar Alkitab dan makna teologis dari Perjamuan Kudus
O     Peserta DIKLAT mampu menerapkan makna Perjamuan Kudus dengan benar dalam pelaksanaannya.

A.    PENDAHULUAN
O     PENGAKUAN IMAN GBI  tentang Perjamuan Kudus menyatakan: “ Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain”.
O     Pelaksanaan perjamuan kudus terkait langsung dengan ibadah jemaat GBI kepada Tuhan Yesus. Walau sudah melakukan perjamuan kudus dalam ibadahnya, besar kemungkinan baik jemaat ataupun pejabat masih kurang memahami makna perjamuan kudus. Untuk itu perlu pengajaran yang benar tentang konsep perjamuan kudus baik dari sisi dasar Alkitab , dogmatika dan teologis.

B. KONSEP SAKRAMEN PERJAMAN KUDUS DALAM SEJARAH DOGMATIKA
O     Sakramen (Latin, Sakramentum; Yun, mysterion = misteri atau rahasia) diartikan juga sebagai hal yang tersembunyi atau yang dirahasiakan dan dikuduskan. Digunakan pertama kali oleh Tertulianus.
Gereja-gereja Reformasi (abad 16) mendefinisikan Sakramen: “tanda  dan meterai yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan untuk menjelaskan  segala sesuatu yang dijanjikanNya.”
        Van Nifrik: Sakramen, datang dari pihak Allah, bukan dari orang-orang beriman.
O     Berdasarkan itu, maka gereja-gereja reformasi menetapkan hanya ada 2 Sakramen, yaitu: Baptisan Air dan Perjamuan Kudus.
O     Alasannya:
-          Hanya 2 sakramen ini yang ditentukan oleh Tuhan sendiri berdasarkan kesaksian Alkitab (Matius 28:18;  1 Kor 11:23 dst).
                Melalui 2 sakramen kita bisa melihat realita karya keselamatan Allah.

O     Konsep Perjamuan Kudus dalam perkembangan sejarah dogma:
1.       Irenius (abad 2): Roti dan anggur dipandang sebagai tubuh dan darah Kristus. Ini bukan berarti Kristus yang dikrbankan, tapi karena hasil dari kata-kata INSTITUSI.
2.       Ambrosius: Transmutasi dari elemen-elemen roti dan anggur yang mengikuti ucapan-ucapan teologi Yunani. Konsep ini yang dikenal jadi “TRANSUBSTANSIASI” dimana roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus oleh kata-kata KONSEKRASI.
        Agustinus dan Thomas Aquino meneguhkan konsep ini.
3.       Luther dan gereja Lutheran menolak konsep “TRANSUBSTANSIASI” dan memunculkan konsep “CONSUBSTANSIASI”= Kristus hadir didalam dan bersama-sama
4.       dan di bawah tanda-tanda roti dan anggur, karena tubuh Kristus yang telah dimuliakan itu bukan hanya berada di sorga, tapi hadir dimana-mana, sehingga tubuh itu juga berada di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus, itulah sebabnya Yesus berkata: “Inilah tubuhKu” dan “Inilah darahKU”.
Calvin juga mempunyai konsep yang sama dengan Luther.

4. Zwingli. Ia tidak mengakui bahwa Kristus yang sungguh-sungguh berada dalam perjamuan Kudus. Menurutnya sakramen hanya perbuatan yang bersifat lambang.

Jdi ada 4 macam konsep tentang sakramen perjamuan kudus, yaitu:
1)      Transsubstansiasi= substansi roti dan anggur berubah secara nyata menjadi tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus (Katolik).
2)      Consubstansiasi (Martin Luther dan kelompok Lutheran)
3)      Calvin dan kelompok Reform: Yesus hadir dalam sakramen Perjamuan Kudus tidak secara fisik/daging tapi secara rohani atau dinamis
4)      Ulrich Zwingly, lambang yang mengingatkan kita pada kematian Kristus.

C. DASAR ALKITAB SAKRAMEN PERJAMAN KUDUS
Sakramen selalu berkaitan dengan “tanda” dan “meterai” perjanjian Allah yang menjadi jaminan bahwa janji Allah akan digenapi
Dalam Alkitab (PB, Yunani) ada beberapa istilah yang digunakan untuk Perjamuan Kudus, yaitu:
1.       Deipnon kurianon = Perjamuan Tuhan (1 Kor 11:20).
2.       Trapeza Kuriou = Meja Perjamuan Tuhan ( 1 Kor 11:21).
3.       Klasis Tou Artou = Memecah-mecahkan Roti (Kis 20:7)
4.       Eucharistia (Ucapan Syukur dan Berkat) Mat 26:26-27; Luk 22:14; 1 Kor 10:21).

Sakramen perjamuan kudus dilakukan mengacu pada perjamuan yang dilakukan Yesus & murid-muridNya.
1.       Mat 26:26-28. Perjamuan Kudus, erat hubungan-nya dengan kematian Yesus. Dalam ayat ini roti (arton=roti tidak beragi)  sebagai gambaran dari Tubuh Kristus yang dipecah-pecahkan bagi banyak orang. Berbeda dengan konsep Transsubstansiasi.
‘Makan’ dan ‘minumlah’, roti dan anggur yang kita makan dan minum maka yang kita makan dan minum menyatu dengan tubuh kita. Ini gambaran yang sempurna dari Sakramen Perjamuan Kudus dimana kita ‘menyatu’ dengan kematian dan karya keselamatan Yesus Kristus.

2. Markus 14:22-26. Hampir sama dengan Matius. Markus meggunakan kalimat ‘touto estin soma mou’.
Roti yang diberikan (touto) mengidentifikasikan (estin) tubuhNya. Memakannya berarti mengambil bagian dalam korban yang agung.  Jelas sekali tidak terjadi perubahan substansi dari roti menjadi tubuh jasmaniah, karena kata kerja ‘inilah’ (estin) mengandung arti ‘menandakan’ yang menghilangkan gagasan penyamaan.
Memakan roti berarti mengambil bagian dalam korban Kristus dikayu salib dan gambaran dari  gereja yang menyatu dengan karya keselamatan lewat persekutuan dengan Jemaat Allah/gerejaNya.

3. Lukas 22:19. Hanya Lukas yang menuliskan: ‘do this in rememberance of me = perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku’. Yesus memberikan perintah ini agar kita melakukannya sebagai peringatan pada korban Kristus di kayu salib, seperti paskah bagi Israel yang memperingati kelepasan dari perbudakan Mesir. Yesus memberi makna baru, bahwa perjamuan yang dilakukan gerejaNya sebagai peringatan akan karya pembebasan Allah atas dosa.
Roti dan anggur jika kita artikan sebagai lambang tubuh dan darah Yesus, harus dilihat sebagai satu kesatuan (pribadi Yesus sendiri) yang dikorbankan demi kepentingan manusia.

4.    1 Kor 11:23-26.
Perkataan: “Aku terima dari Tuhan” (ay 23) bukan berarti langsung dari Tuhan. Menurut Donald Gutrie Paulus menerima tradisi dari orang lain yang mendengar langsung dari Yesus (otentik) dilakukan Yesus sendiri.
              Kalimat “aku teruskan kepadamu”. Maksudnya adalah untuk mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh jemaat Korintus dalam melakukan perjamuan kudus (ay 21). Oleh sebab itu tradisi dari Yesus harus diteruskan kepada jemaat Korintus. 


D. MAKNA  TEOLOGIS DARI SAKRAMEN PERJAMAN KUDUS

1.    Konsep Persekutuan dengan Allah dan Sesama.
Gagasan persekutuan memegang peran penting dalam tulisan Paulus pada jemaat Korintus. Dalam 1 Kor 10:16 adalah contohnya.
Firman Tuhan menegaskan bahwa setiap orang yang mengambil perjamuan kudus berarti menyatukan jemaat dengan kematian Kristus. Berarti harus menjalankan misi keselamatan. Melalui pelaksanaan perjamuan kudus kita dipersatukan dengan karya Allah dalam dan melalui korban Yesus di kayu salib.

2. Konsep Peringatan.
Dalam 1 Kor 11:24-2, makan dan minum perjamuan kudus sebagai peringatan akan kematian Yesus, seperti orang-orang Israel merayakan paskah memperingati kelepasan dari perbudakan Mesir; maka perjamuan kudus mengingatakan karya Allah melalui Yesus yang telah membebaskan kita dari dosa.

3. Konsep Pemberitaan.
Seperti peringatan, maka perjamuan kudus adalah sarana pemberitaan kematian Kristus yang tidak berhenti sekarang, tapi sampai Ia datang kembali sampai pemuliaanNya.

4. Konsep Pengucapan Syukur.
Dalam perjamuan kudus, sikap mengucap syukur akan karya Allah menjadi bagian yang harus kita lakukan. Melalui perjamuan kudus yang kita terima, kita mengucap syukur atas perbuatan Allah.

5. Sikap yang Benar bagi Jemaat dalam Menerima Perjamuan Kudus.
Jemaat di Korintus memiiki kebiasan dan sikap yang salah dalam mengikuti perjamuan kudus. Dalam 1 Kor 11 Paulus menegor dengan keras, agar jemaat menghormati karya Allah yaitu jemaat Allah/tubuh Kristus.
Khusus ayat 29 perjamuan kudus memberikan kesatuan gereja sebagai tubuh Tuhan. Jika makan dan minum perjamuan  mengakibatkan perpecahan mendatangkan hukuman (ay 29-32). Ay 33-34 adalah kesimpulan untuk tidak mementingkan diri sendiri.


A.      KESIMPULAN
Sikap GBI terhadap konsep-konsep perjamuan kudus
1.       GBI menolak: Transsubstansiasi (perubahan substansi roti dan anggur jadi tubuh dan darah Yesus) karena tidak Alkitabiah.
2.       Konsep Zwingli yang menyatakan bahwa perjamuan kudus sebagai lambang peringatan, perlu diperjelas dan diperdalam pengertiannya. GBI meyakini bahwa Yesus mampu hadir saat itu dalam perjamuan kudus (Omni Present). Konsep persekutuan dengan Allah dan sesama harus lebih ditonjolkan agar jemaat lebih menghormati nilai perjamuan kudus.
3.    GBI menerima konsep consubstansiasi dan konsep Calvin, dalam arti Kristus hadir secara rohani dalam roti dan         anggur (hanya dalam konteks perjamuan kudus).
4.    Memahami makna sakramen perjamuan kudus akan membawa kita pada sikap yang benar dalam mengikuti perjamuan kudus.
5.    Bagi GBI, makna perjamuan kudus adalah:
5.1. Mengandung konsep: “persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama”.
5.2.   Memperingati karya penebusan Yesus bagi setiap orang percaya dan merupakan sarana pemberitaan  bagi banyak orang.
5.3.   Mengajarkan utk selalu mengucap syukur akan karya keselamatan Allah.
5.4. Dilakukan dengan sikap yang benar, menjaga kesatuan tubuh Kristus dan kesucian
5.5. Kesembuhan bisa terjadi bagi jemaat saat mengikuti perjamuan kudus, bukan oleh roti dan anggur  tapi oleh iman pada Yesus yang mati di kayu salib.
5.6. Salah satu alat anugerah Allah, karena dengan melaksanakan perjamuan kudus, anugerah dan karya Allah melalui korban Yesus di kayu salib akan lebih kita hayati dan kenang, sehingga pengaktualisasian iman kita pada Allah akan lebih berarti.
5.7. Jemaat tidak boleh menyepelekannya dan tidak boleh juga untuk memagiskannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A L L A H

A L L A H MODUL DIKLAT PEJABAT   TUJUAN PENGAJARAN •       Peserta DIKLAT mampu menjelaskan konsep dan keberadaan Allah...