TEOLOGI PENTAKOSTA
(Sebuah Pengantar ke dalam Teologi Pentakosta)
PENDAHULUAN
Sebelum kita masuk ke dalam ajaran Pentakosta , ada baiknya apabila penulis membahas latar belakang aliran Pentakosta. Di kalangan sejarah gerakan Pentakosta terdapat perbedaan pendapat tentang asal-usul gerakan ini, yaitu:
1. Charles W. Conn berpendapat bahwa asal mula gerakan ini terjadi pada tahun 1896 di Shearer School House di Cherokee County, North Carolina, yang mana ini merupakan cikal bakal dari lahirnya Church of God.
2. Klaude Kendrick berpendapat bahwa gerakan ini berasal dari Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas yang dipimpin oleh Charles Parham.
3. Donald Gee mengemukakan bahwa asal mula gerakan Pentakosta terjadi pada pertemuan di “Gereja Tua” di Los Angeles pada 6 April 1906, di mana William Seymour (murid Charles Parham) berkhotbah tentang ‘bahasa lidah’.
Pada umumnya para ahli Pentakosta menyebutkan bahwa ajaran Pentakosta terdiri dari empat pilar , yaitu: Keselamatan, Kesembuhan, Baptisan Roh Kudus, dan Kedatangan Kristus Kedua Kali, yang mana pembahasan ini penulis jabarkan dalam 11 pokok dalam alur sistematika.
AJARAN-AJARAN PANTEKOSTA
Sama seperti aliran Kesucian, gerakan Pantekosta tidak merasa bahwa mereka telah menciptakan suatu doktrin atau standar yang baru. Dengan mengkhotbahkan 'Injil Sepenuh', mereka merasa bahwa mereka hanya menekankan kembali ajaran lama yang sudah ada. Di bawah dijelaskan beberapa pengajaran Pentakosta, yaitu:
1. Alkitab
Alkitab dpahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan dinyatakan kepada manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab mengungguli hati nurani dan akal baudi, tetapi tidak bertentangan dengannya. Sebagai yang diilhamkan langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas dan sempurna.
2. Allah yang benar dan hidup itu oleh aliran Pentakostal diyakini sebagai Allah yang esa, yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Allah yang menyatakan diri di dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ke dalam ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang sudah menyatakan imannya. Jadi aliran Protestan memiliki kepercayaan sama dengan kaum reformasi.
3. Keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan adalah karya Allah dalam pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan membawa ke situasi kemuliaan melalui Yesus Kristus. Jadi keselamatan sebagai buah kasih-karunia Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan (permandian) kelahiran-kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih-karunia melalui iman, menjadi anak dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan pengharapan akan kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang percaya tentang keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang sejati.
4. Baptisan adalah tindakan iman untukmelaksanakan percaya kepada Injil yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5). Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu: Pertama, baptisan air, yakni lambang kematian dan penguburan kemanusian yang lama, dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air (Mat 16:15-16; 28:19). Kedua, Baptisan Roh adalah baptisan orang percaya dengan Roh kudus dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:4). Roh Kudus menjadi pusat teologi dari aliran Pentakosta.
5. Bahasa Lidah: baptisan atas orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan disaksikan oleh tanda lahiriah berupa berbicara dalam lida (bahasa) lain, sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul (Kis 2:4). Berbahasa lidah dalam nats ini pada hakikatnya sama dengan karunmia lidah dalam 1 Kor 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud dan penggunaannya.
6. Perjamuan Kudus, yang terdiri dari unsur roti dan air buah anggur , adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus, pengenangan atas penderitaan dan kematian-Nya dan nubuat atas kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya dengan Allah serta sesama, kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil bagian dalam perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya. Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman kepada Allah akan lebih berarti.
7. Kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh. Kaum Pentakostal mempertahankan kesucian sebagi pokok ajaran yang terpenting. Dengan kuasa Roh Kudus orang percaya dapat menaati perintah Allah. Kesucian menyeluruh adalah kehendak Allah bagi semua orang percaya, dan harus sungguh dikejar dengan cara berjalan di dalam ketaatan pada firman Allah.
8. Kesembuhan Ilahi. Pada permulaan gerakan Pantekosta, doktrin kesembuhan Ilahi adalah suatu kebenaran yang sangat penting dalam berita "Injil Sepenuh". Kesembuhan Ilahi dikhotbahkan dan dipraktekkan, sebab umat Pentakosta percaya bahwa kesembuhan disediakan bersamaan penebusan dan merupakan hak istimewa bagi orang percaya.
9. Eskatologis. Pada umumnya kaum Pentakosta mempercayai bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia. Kedatangan Kristus yang kedua kali meliputi pengangkatan orang-orang kudus, yang merupakan pengharapan yang penuh bahagia bagi kita, diikuti kedatangan yang tampak dari Kristus dengan orang suci-Nya untuk memerintah di bumi selama seribu tahun (Za 14:5; Mat 24:27, 30; Why 1:7; 19:11-14). Pemerintahan seribu tahun ini akan membawa keselamatan bangsa Israel (Yeh 37:21-22; Zef 3:19-20; Roma 11:26-27) dan penegakkan damai sejahtera di seluruh dunia (Yes 11:6-9; Mi 4:3-4).
10. Gereja bukan hanya merupakan suatu perkumpulan melainkan sebuah persekutuan yang lahir dari Allah. Alkitab menyatakan bahwa yang mendirikan gereja adalah Tuhan Yesus (Mat 16:18). Gereja adalah buah tangan pekerjaan Roh Kudus dan diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka memenuhi amanat agung-Nya.
11. Ibadah dan liturgy: gereja-gereja Pentakosta beribadah secara teratur pada hari Minggu, ditambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya. Tata-ibadah bersifat lisan serta tidak berlangsung secara baku. Kendati tata-ibadah bersifat lisan dan tidak baku, ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum, yaitu doa pembuka, nyanyian penyembahan, doa lanjutan, nyanyian pujian, khotbah, serta kadang ditambah pelayanan altar (altar calling, altar service). Yang terakhir ini memberi kesempatan untuk mengungkapkan pelepasan dari kuasa roh jahat, pertobatan, penguatan rohani, pengurapan, pemulihan, dan lainnya.
KESIMPULAN
Jadi beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah Pertama, aliran Pantekosta sama dengan denominasi Protestan lainnya; percaya bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan oleh perbuatan baik yang dilakukan manusia; percaya bahwa setiap orang Kristen adalah Imam-imam; percaya bahwa Alkitab atau Firman Allah adalah dasar segala doktrin dari gereja. Kedua, gerakan Pantekosta ini sesungguhnya sama dengan gerakan Reformasi. Tetapi lebih tepatnya adalah sayap kiri Reformasi yang lebih bersifat radikal, yaitu gerakan Ana-Baptis. Ketiga, aliran Pantekosta dapat digolongkan sebagai kelanjutan dari kaum Injili (Evangelicals). Teologianya cenderung fundamentalis. Tokoh Pantekosta dari Inggris, Donald Gee berkata bahwa doktrin Pantekosta sebenarnya merupakan penyempurnaan dari doktrin kaum Injili. Keempat, Banyak ahli sejarah gerakan Pantekosta berpendapat bahwa gerakan Pantekosta timbul dari aliran 'Holiness", terkenal "Doktrin Penyucian" (Sanctification). Teologia Wesley dapat disimpulkan: pertobatan atau pembenaran; dan Penyucian dan penyempurnaan Kristen. Kelemahan yang timbul dari fenomena gerakan Pentakosta adalah kurang dalam konteks penelitian Alkitab, bersifat emosional, dan penataan organisasi di gereja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran Di dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. 1, 1995.
2. Arrington, French L., Christian Doctrine 2: A Pentecostal Perspektive, Clevelend, Tennessee: Pathway, cet. 1, 1993.
3. Arrington, French L., Christian Doctrine 3: A Pentecostal Perspektive, Clevelend, Tennessee: Pathway, cet. 1, 1993.
4. Duty, Guy, Keselamatan Bersyarat atau Tanpa Syarat?Keselamatan Bersyarat atau Tanpa Syarat?, Diterjemahkan: Peter Suwadi, Ibrahim Karuniamulia, Lily Tanudjaja, Surabaya: Bukit Zaitun, cet. 1, 1996.
5. Gee, Donald, The Pentecostal Movement, London: Victory Press, 1949.
6. Lukito, Daniel Lukas, Pengantar Teologia Kristen 1, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, cet. 3, 1996.
7. Menzies, William W., Horton, Stanley M., Doktrin Alkitab: Menurut Pandangan Pentakosta, Malang: Gandum Mas, cet. 2, 2003.
8. Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia, Jakarta: Departemen Teologia Badan Pekerja Sinode Gereja Bethel Indonesia, cet. 1, hlm. 100.
9. Setiawan, Johanes, Teologi Gerak: Ajaran Roh Kudus Menurut DR. H. L. Senduk, Jakarta: Lembaga Pendidikan Theologia Bethel, cet. 1
10. Stronstad, Roger, Theology Karismatik Santo Lukas, Jakarta: Karismata Publishers, cet. 1, 1999.
11. Talumewo, Steven H., Sejarah Gerakan Pantekosta, Yogyakarta: Yayasan Andi Offset, cet. 1, 1988.
PENDAHULUAN
Sebelum kita masuk ke dalam ajaran Pentakosta , ada baiknya apabila penulis membahas latar belakang aliran Pentakosta. Di kalangan sejarah gerakan Pentakosta terdapat perbedaan pendapat tentang asal-usul gerakan ini, yaitu:
1. Charles W. Conn berpendapat bahwa asal mula gerakan ini terjadi pada tahun 1896 di Shearer School House di Cherokee County, North Carolina, yang mana ini merupakan cikal bakal dari lahirnya Church of God.
2. Klaude Kendrick berpendapat bahwa gerakan ini berasal dari Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas yang dipimpin oleh Charles Parham.
3. Donald Gee mengemukakan bahwa asal mula gerakan Pentakosta terjadi pada pertemuan di “Gereja Tua” di Los Angeles pada 6 April 1906, di mana William Seymour (murid Charles Parham) berkhotbah tentang ‘bahasa lidah’.
Pada umumnya para ahli Pentakosta menyebutkan bahwa ajaran Pentakosta terdiri dari empat pilar , yaitu: Keselamatan, Kesembuhan, Baptisan Roh Kudus, dan Kedatangan Kristus Kedua Kali, yang mana pembahasan ini penulis jabarkan dalam 11 pokok dalam alur sistematika.
AJARAN-AJARAN PANTEKOSTA
Sama seperti aliran Kesucian, gerakan Pantekosta tidak merasa bahwa mereka telah menciptakan suatu doktrin atau standar yang baru. Dengan mengkhotbahkan 'Injil Sepenuh', mereka merasa bahwa mereka hanya menekankan kembali ajaran lama yang sudah ada. Di bawah dijelaskan beberapa pengajaran Pentakosta, yaitu:
1. Alkitab
Alkitab dpahami sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan dinyatakan kepada manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab mengungguli hati nurani dan akal baudi, tetapi tidak bertentangan dengannya. Sebagai yang diilhamkan langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas dan sempurna.
2. Allah yang benar dan hidup itu oleh aliran Pentakostal diyakini sebagai Allah yang esa, yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Allah yang menyatakan diri di dalam tiga pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ke dalam ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang sudah menyatakan imannya. Jadi aliran Protestan memiliki kepercayaan sama dengan kaum reformasi.
3. Keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan adalah karya Allah dalam pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan membawa ke situasi kemuliaan melalui Yesus Kristus. Jadi keselamatan sebagai buah kasih-karunia Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan (permandian) kelahiran-kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih-karunia melalui iman, menjadi anak dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan pengharapan akan kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang percaya tentang keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang sejati.
4. Baptisan adalah tindakan iman untukmelaksanakan percaya kepada Injil yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5). Baptisan terdiri atas dua jenis, yaitu: Pertama, baptisan air, yakni lambang kematian dan penguburan kemanusian yang lama, dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air (Mat 16:15-16; 28:19). Kedua, Baptisan Roh adalah baptisan orang percaya dengan Roh kudus dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:4). Roh Kudus menjadi pusat teologi dari aliran Pentakosta.
5. Bahasa Lidah: baptisan atas orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan disaksikan oleh tanda lahiriah berupa berbicara dalam lida (bahasa) lain, sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul (Kis 2:4). Berbahasa lidah dalam nats ini pada hakikatnya sama dengan karunmia lidah dalam 1 Kor 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud dan penggunaannya.
6. Perjamuan Kudus, yang terdiri dari unsur roti dan air buah anggur , adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus, pengenangan atas penderitaan dan kematian-Nya dan nubuat atas kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya dengan Allah serta sesama, kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil bagian dalam perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya. Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman kepada Allah akan lebih berarti.
7. Kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh. Kaum Pentakostal mempertahankan kesucian sebagi pokok ajaran yang terpenting. Dengan kuasa Roh Kudus orang percaya dapat menaati perintah Allah. Kesucian menyeluruh adalah kehendak Allah bagi semua orang percaya, dan harus sungguh dikejar dengan cara berjalan di dalam ketaatan pada firman Allah.
8. Kesembuhan Ilahi. Pada permulaan gerakan Pantekosta, doktrin kesembuhan Ilahi adalah suatu kebenaran yang sangat penting dalam berita "Injil Sepenuh". Kesembuhan Ilahi dikhotbahkan dan dipraktekkan, sebab umat Pentakosta percaya bahwa kesembuhan disediakan bersamaan penebusan dan merupakan hak istimewa bagi orang percaya.
9. Eskatologis. Pada umumnya kaum Pentakosta mempercayai bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia. Kedatangan Kristus yang kedua kali meliputi pengangkatan orang-orang kudus, yang merupakan pengharapan yang penuh bahagia bagi kita, diikuti kedatangan yang tampak dari Kristus dengan orang suci-Nya untuk memerintah di bumi selama seribu tahun (Za 14:5; Mat 24:27, 30; Why 1:7; 19:11-14). Pemerintahan seribu tahun ini akan membawa keselamatan bangsa Israel (Yeh 37:21-22; Zef 3:19-20; Roma 11:26-27) dan penegakkan damai sejahtera di seluruh dunia (Yes 11:6-9; Mi 4:3-4).
10. Gereja bukan hanya merupakan suatu perkumpulan melainkan sebuah persekutuan yang lahir dari Allah. Alkitab menyatakan bahwa yang mendirikan gereja adalah Tuhan Yesus (Mat 16:18). Gereja adalah buah tangan pekerjaan Roh Kudus dan diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka memenuhi amanat agung-Nya.
11. Ibadah dan liturgy: gereja-gereja Pentakosta beribadah secara teratur pada hari Minggu, ditambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya. Tata-ibadah bersifat lisan serta tidak berlangsung secara baku. Kendati tata-ibadah bersifat lisan dan tidak baku, ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum, yaitu doa pembuka, nyanyian penyembahan, doa lanjutan, nyanyian pujian, khotbah, serta kadang ditambah pelayanan altar (altar calling, altar service). Yang terakhir ini memberi kesempatan untuk mengungkapkan pelepasan dari kuasa roh jahat, pertobatan, penguatan rohani, pengurapan, pemulihan, dan lainnya.
KESIMPULAN
Jadi beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah Pertama, aliran Pantekosta sama dengan denominasi Protestan lainnya; percaya bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan oleh perbuatan baik yang dilakukan manusia; percaya bahwa setiap orang Kristen adalah Imam-imam; percaya bahwa Alkitab atau Firman Allah adalah dasar segala doktrin dari gereja. Kedua, gerakan Pantekosta ini sesungguhnya sama dengan gerakan Reformasi. Tetapi lebih tepatnya adalah sayap kiri Reformasi yang lebih bersifat radikal, yaitu gerakan Ana-Baptis. Ketiga, aliran Pantekosta dapat digolongkan sebagai kelanjutan dari kaum Injili (Evangelicals). Teologianya cenderung fundamentalis. Tokoh Pantekosta dari Inggris, Donald Gee berkata bahwa doktrin Pantekosta sebenarnya merupakan penyempurnaan dari doktrin kaum Injili. Keempat, Banyak ahli sejarah gerakan Pantekosta berpendapat bahwa gerakan Pantekosta timbul dari aliran 'Holiness", terkenal "Doktrin Penyucian" (Sanctification). Teologia Wesley dapat disimpulkan: pertobatan atau pembenaran; dan Penyucian dan penyempurnaan Kristen. Kelemahan yang timbul dari fenomena gerakan Pentakosta adalah kurang dalam konteks penelitian Alkitab, bersifat emosional, dan penataan organisasi di gereja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran Di dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. 1, 1995.
2. Arrington, French L., Christian Doctrine 2: A Pentecostal Perspektive, Clevelend, Tennessee: Pathway, cet. 1, 1993.
3. Arrington, French L., Christian Doctrine 3: A Pentecostal Perspektive, Clevelend, Tennessee: Pathway, cet. 1, 1993.
4. Duty, Guy, Keselamatan Bersyarat atau Tanpa Syarat?Keselamatan Bersyarat atau Tanpa Syarat?, Diterjemahkan: Peter Suwadi, Ibrahim Karuniamulia, Lily Tanudjaja, Surabaya: Bukit Zaitun, cet. 1, 1996.
5. Gee, Donald, The Pentecostal Movement, London: Victory Press, 1949.
6. Lukito, Daniel Lukas, Pengantar Teologia Kristen 1, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, cet. 3, 1996.
7. Menzies, William W., Horton, Stanley M., Doktrin Alkitab: Menurut Pandangan Pentakosta, Malang: Gandum Mas, cet. 2, 2003.
8. Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia, Jakarta: Departemen Teologia Badan Pekerja Sinode Gereja Bethel Indonesia, cet. 1, hlm. 100.
9. Setiawan, Johanes, Teologi Gerak: Ajaran Roh Kudus Menurut DR. H. L. Senduk, Jakarta: Lembaga Pendidikan Theologia Bethel, cet. 1
10. Stronstad, Roger, Theology Karismatik Santo Lukas, Jakarta: Karismata Publishers, cet. 1, 1999.
11. Talumewo, Steven H., Sejarah Gerakan Pantekosta, Yogyakarta: Yayasan Andi Offset, cet. 1, 1988.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar