KONSELING DASAR
BAHAN DIKLAT PEJABAT
PASTORAL KONSELING GEMBALA KEPADA JEMAAT
I. PENDAHULUAN
Pastoral Konseling adalah
Pelayanan Penggembalaan yang dilakukan Gembala melalui Konseling. Ada tiga
alasan mengapa Gembala harus mau dan berani melakukan penggembalaan melalui
konseling:
1. Selain Gembala, Yesus
adalah Penasehat Ajaib (Counsellor, KJV) Yesaya 9:6. 1 Pet 5:1-4.
2. Roh Kudus memimpin kita (Yoh 16:13) dan mengajarkan
segala sesuatu (Yoh 14:26)
3. Meningkatkan kemampuan pastoral
konseling melalui belajar.
II. Definisi/Pengertian Pastoral Konseling.
Pastoral Konseling adalah
penggembalaan yang dilakukan oleh Konselor (Ko - gembala) melalui “hubungan
timbal-balik” dengan Konseli (Ki) untuk membimbing jemaat dalam jalan Tuhan.
Melalui dialog (percakapan)
Pada akhirnya Ki (jemaat)
mampu melihat tujuan hidupnya baik dengan sesama dan dengan Tuhan.
III. Tujuan Pelayanan Pastoral Konseling.
1. Tujuan
Materi ini: Setiap gembala mau dan
berani melaksanakan penggembalaan melalui Pastoral Konseling.
2. Tujuan Pastoral
Konseling: Tujuan akhir adalah untuk memaksimalkan “potensi jemaat” , sesuai
dengan Efesus 4:11-16.
2.1.
Mendampingi dan Membimbing.
Contoh
dalam Alkitab: adalah Barnabas dengan Saulus Kis 11:19-30).
Dalam
pasal 13 sudah terjadi perubahan.
2.2.
Menyelesaikan Dosa Melalui Kristus.
Kepada pria yang disembuhkan
dari penyakit lumpuh 38 tahun (Yoh 5:14)
Perhatikan 1 Yoh 1:6-10 dan
Yakobus 5:16
Pertama: sadar bahwa ia
orang berdosa dan masih hidup dalam kegelapan.
Kedua: mengaku dosa.
Ketiga: gembala adalah
pribadi yang tepat bagi dirinya untuk membuat pengkuan dosa.
2.3.
Mencari Jemaat yang Bergumul bahkan Terhilang.
Luk15:4 mencatat:
“Tinggalkan yang 99, cari 1 jiwa yang terhilang”.
2.4.Memulihkan Kondisi yang Rapuh serta Menolong
jemaat yang Membutuhkan Uluran Tangan
untuk berbagai masalah yang dihadapinya.
Gembala mewakili Kristus,
untuk mendengar permasalahan, bersama-sama mencari jalan keluar dan membimbing
jemaat mencapai tujuan Allah dalam hidupnya. Maz 130:1-8
2.5. Berusaha Menemukan Solusi Bahkan sampai Mengalami Perubahan
Tingkahlaku.
Perbandingan antara
mendengar dan berbicara harus sekitar 70-80 % mendengar dan 20-30 % berbicara.
Gembala sebagai konselor melalui percakapan, membimbing
dan menuntun Ki menuju satu titik yaitu ‘solusi’ atas persoalannya.
Di tahap response action
inilah diharapkan terjadinya perubahan tingkah laku jemaat.
Hanya dengan cara ini
terjadi dampak positif bagi Ki.
Maka tergenapilah Firman
dalam Roma 12:2 (tidak serupa dengan dunia; berubah oleh pembaharuan akal budi;
sampai dapat membedakan kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna).
IV.
Pelaksanaan/Proses Konseling
1. Gembala Sebagai Konselor
Beberapa alasan mengapa
gembala harus mengembangkan disiplin dan skill dalam pelayanan konseling,
seperti:
v Agar ada pengetahuan dan
kemampuan untuk menghubungkan teori dengan praktik.
v Mampu memelihara
identitasnya sebagai hamba Tuhan dalam peranannya sebagai konselor dalam
interpersonal relationshipnya.
v Memiliki disiplin dalam
menunaikan kelengkapan-kelengkapan konseling terlebih dalam batasan profesinya
sebagai hamba Tuhan.
2. Interaksi atau
Hubungan Timbal balik/Dialog.
Carkhuff
mengemukakan, bahwa konseling adalah suatu hasil interaksi/hubungan
timbal-balik antara 3 hal, yaitu:
a.
sikap konselor;
b.
ketrampilan menghadapi konseli
c.
tanggapan balik dari konseli terhadap konselor (Proses Belajar Konseli)
Hubungan timbal-balik (dialog) dilakukan
dengan:
Understanding atau Sikap Konselor
(mendengar, empaty dan menerima/menghormati)
Sikap
Konselor/ Understanding harus lahir dari KASIH Kristus, bukan dengan kemampuan
otak/ berpikir manusia.
Menghadirkan Diri Secara
Penuh
•
Sikap Tubuh dan Lahiriah
•
Mengamati
•
Mendengarkan
Mendengar apa masalah,
tantangan, kerinduan dan tujuan hidup
mereka.
Mendengar dengan penuh
perhatian.
Hal-hal yang harus didengar
meliputi hal-hal yang “diucapkan” (Verbal) dan “yang tidak
terucapkan/terkatakan” (N0n Verbal).
Mendengar dengan sungguh
mempunyai 3 syarat, yaitu:
Mengarahkan pikiran pada
konseli.
Suatu ketegasan tindakan
yang memampukan memberi perhatian kita sebagai suatu yang menyenangkan.
Menciptakan jarak yang
memungkinkan kita untuk menunggu apa yang akan dikatakan oleh konseli dalam
lanjutan konseling selanjutnya.
- Empaty
Kemampuan untuk memahami
secara tepat perasaan, pikiran dan pengalaman orang lain.
Dalam empati:
Ø unsur rasional lebih kuat
dibandingkan unsur keterlibatan emosi.
Hal lain yang perlu diingat
oleh konselor dalam hal berempaty:
ü bersikap hangat.
ü mau membagi perasaannya.
Wujudan sikap empaty dalam
proses konseling dimulai pada tahap MENANGGAPI.
Konselor harus mampu:
Ø memahami perasaan-perasaan
konseli yang terungkap secara verbal.
Ø memahami perasaan-perasaan
konseli yang; tak terungkap secara verbal dan akurat.
Level – Level proses konseling yang efektif :
Unsur
|
Tahap Persiapan
|
Tahap pertolongan
|
||||
Hadir
|
Menanggapi
|
Personalisasi
|
aksi
|
|||
Sikap Konselor
|
Empati,Respek
|
Level 3
|
Level 3
|
Diatas level 3
|
Diatas level 3
|
|
Otentik,Konkret
|
Level 3
|
Level 3
|
Diatas level 3
|
Diatas level 3
|
||
Terbuka,
|
Diatas level 3
|
Diatas level 3
|
Diatas level 3
|
|||
Imediasi Konfontasi
|
Level 3
|
Level Diatas level 3
|
||||
Keterampilan Konselor
|
Memberi perhatian secara fisik
|
Menanggapi perasaan
|
Personalisasi
|
Pelaksanaan cita2,
|
||
Mengamati, mendengarkan
|
konten
|
Perasaan, tujuan
|
||||
Proses belajar konseli
|
Melibatkan diri
|
Meneliti masalah
|
Memahami mslh lebih dalam
|
melaksanakan
|
3 (tiga)
Level untuk mengukur sikap Empati konselor :
1.
Menunjukkan
level bantuan paling rendah. Konselor hanya menanggapi sebagian perasaan
konseli yang terungkap atau sama sekali tdk menanggapinya
2.
Konselor
sdh mengkomunikasikan perasaan dan pengertiannya sep dialami konseli
3.
Konselor
sdh menanggapi lebih dalam dan yg tdk
terungkap secara verbal oleh konseli dan hal ini ,menolong konseli membagi
perasannya
Contoh : Tanggapan Konselor
Konseli :
Kemarin saya bingung Pelayan tua saya malas
dan ketika saya menegurnya ia membantah. Saya tidak bisa menerima
perlakukan seperti itu dari dia
|
Anda merasa terganggu karena
pelayan tua anda tidak lagi menghormati anda didepan orang lain
|
Level 3
|
Di atas Level 3
|
Di bawah level 3
|
Anda merasa sangat terganggu
karena anda tak dapat membangun hub pribadi yg baik dgn pelayan anda,
padahal anda menginginkannya
|
Anda merasa
tidak enak karena pelayan anda malas
|
-
Menerima/menghormati.
Kesediaan konselor menerima
keberadaan konseli sebagaimana ia ada.
+ Tidak ada sikap mengadili.
+ Bukan berarti kita
mentolerir “yang salah”.
+ Penerimaan terhadap
konseli apa adanya.
+ Dalam konseling,
penerimaan dan sikap hormat.
Contoh:
Konseli: Saya ingin mengikuti
pelatihan PASTORAL KONSELING kepada JEMAAT, tapi pada saat yang sama ada
Seminar: CAMUK (CARA MUDAH UNTUK KAYA).
Saya tidak bisa memutuskan
mana yang saya ikuti.
Tanggapan Konselor:
Di bawah level 3:
Ikuti nasehatku. CAMUK itu
tidak baik. Ikuti sana pelatihan PASTORA KONSELING kepada JEMAAT.
Level 3:
Anda gelisah sebab Anda
belum bisa mengambil keputusan? Anda
belum melihat mana yang terbaik untuk Anda
dari dua kegiatan itu? Dengan mencari informasi secukupnya Anda akan
dapat mengambil keputusan yang tepat.
Di atas level 3:
Anda tidak bisa mengambil
keputusan? Anda melihat ada hal yang
baik dalam kedua pilihan itu tetapi sulit memilih mana yang terbaik untuk Anda? Berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan tujuan yang ingin Anda peroleh dari 2
kegiatan itu, Anda dapat menimbangbaik
buruknya, sehingga Anda dapat memutus- kan
mana yang sesuai dengan kebutuhan
dan tujuanAnda.
b. Ketrampilan Konselor.
Pada saat Ki datang untuk
menceritakan masalahnya kepada Ko dalam benaknya tersimpan pertanyaan yang
mungkin tak terungkap, seperti:
-
Tertarik pada masalah saya?
-
Bersedia menyisihkan waktunya untuk saya?
-
Membagi pikiran, perasaan dan peroalan saya?
-
Memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi saya?
-
Menemukan cara untuk mengungkapkan apa yang saya pikirkan?
Pertemuan pertama:
1. Konselor dengan Konseli
akan sangat menentukan:
Ø interaksi.
Ø relasi
Ø kelanjutan konseling.
2. Konselor perlu memiliki 3 ketrampilan, yaitu:
2.1. Ketrampilan Menunjukkan Perhatian Lewat Sikap Tubuh dan Tanda-tanda Lahiriah.
Ada 3
tujuan, yaitu:
1. Mengkomunikasikan
penerimaan, hormat dan perhatian secara non-verbal kepada konseli.
2. Membangkitkan perhatian
penuh konseli kepada konselor.
3. Memotivasi konseli.
Ketrampilan
ini mencakup:
-
Menyatakan kesediaan membatu
-
Mengatur suasana dan tempat pertemuan yang cocok.
-
Mencurahkan perhatin sepenuhnya.
2.2. Ketrampilan Mengamati.
Kemampuan konselor untuk melihat dan memahami:
q cara konseli menampilkan
diri
q situasinya
q perasaan-perasaan Ki.
Keterampilan Mengamati
TUJUAN
• Mengumpulkan data non verbal
tentang konseli dari tangan pertama untuk memahami perasaannya
• Dengan mengamati tingkah
laku, konselor pun akan memperoleh sumber yang kaya bagi rasa empati
Pengamatan dapat dilakukan
dari:
Ø segi fisik
Ø Emosional
Ø Interpersonal
Ø Intelektual
Ø derajat kongruensi Ki.
2.3. Ketrampilan
Mendengarkan:
Kemampuan mendengar dan mengingat kembali
Catatan: buat tulisan singkat dari setiap pembicaraan.
ü focus pada permasalahan
sesungguhnya.
ü menyusun verbatim agar bisa
disajikan menjadi konseling naratif.
Kembangkan
Ketrampilan Mendengar dengan memperhatikan langkah-langkah ini:
Ø Berusaha mengetahui apa yang
sedang Anda dengarkan.
Ø Dengarkan isi yang kusus
dari ungkapan konseli.
Ø Tunda membuat penilaian
pribadi. Jangan memberi reaksi atas ucapannya.
Ø Singkirkan gangguan yang
mengalihkan perhatian Anda dari konseli
Ø Ingat nada suara konseli dan
perhatikan kata-kata kusus yang mengungkapkan perasaannya (gembira, sedih,
dsb).
Ø Hal yang paling penting
dalam mendengarkan konseli adalah USAHA MENCEGAH BERALIHNYA PERHATIAN dari
konseli.
Menanggapi
(Responding)
v Arti.
Mengkomunikasikan kepada
konseli “perasaannya dan alasan timbulnya perasaan itu”
v Tujuan.
Jawaban terhadap perasaan
dan isi percakapan sangat penting untuk menunjukkan pada Ki, bahwa Ko memahami
situasi Ki.
Tanggapan
Ko akan menimbulkan tanggapan dari Ki. Inilah yang disebut INTERAKSI antar Ko
dan Ki.
Dalam hal ini konseli juga akan menilai
konselor:
-
Kemampuan Ko memberi tanggapan dan reaksi terhadap ungkapan Ki.
-
Pengetahuan dan ketrampilan Ko dalam menangani Ki.
-
Kredibilitas Ko menyimpan rahasia, dll.
Tujuan Menanggapi:
-
Menunjukkan pemahaman yang empatik pada pengalaman perasaan Ki dan
membangun hubungan psikologis dengan Ki.
-
Memfasilitasi penelitian diri Ki terhadap perasaannya dan
sebab-sebabnya.
-
Menguji kemampuan Ko dalam hal memahami perasaan Ki.
-
Membangun dasar agar Ko dapat mempersonalisasi pemahaman Ki engenai
dirinya pada proses konseling berikutnya.
Orang
akan melupakan apa Yang kita katakan
Orang
akan melupakan apa Yang kita lakukan
Tapi orang
tdk akan pernah lupa
bagaimana
kita membuat
Mereka
berarti
TERIMAKASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar